Rabu, 28 September 2011

aku tak ingin gagal

Becucuran keringatku
Bergetar rasa hatiku
Cemas pun menggelayutiku
Aku teramat takut
Aku takut dengan kata GAGAL
Meski aku tahu....
Gagal bukanlah suatu akhir dari segalanya
Dan gagal merupakan jembatan keberhasilan

Parahnya....
Malas terus merasukiku
Virus paling hebat menyatu dalam diriku
Aku terus melawan dan melawan, namun...
Entah kenapa aku sering kalah olehnya

Terkadang...
Aku benci dengan diriku sendiri
Selalu aku bertanya dalam hati
Kenapa aku seperti ini?
Hati kecilku pun menjawab dan
Selalu memberikan solusi untukku
Namun aku tetap tak bisa menjalankannya
Meski aku sadar penuh aku harus lakukannya

Virus malasku menjadi musuh terbesar
Jika ku paksakan,
Virus itu menekanku hingga aku pusing
Jika tak kulawan,
Aku takkan dapat asaku

Aku terus berusaha
Meski hanya sedikit kemenanganku
Aku akan terus berusaha
Akan ku enyahkan virus dahsyat diriku
Karena AKU TAK INGIN GAGAL
Meski aku tahu itu sulit dengan sikapku yang seperti ini
Aku tahu, aku takkan berubah tanpa usahaku sendiri
Aku tahu

Mida Asy-syarif

hujatan dosa


Dalam gelap aku termenung. Terjebak ke dalam pikiranku yang kalut. Tak tahu arah ku berjalan. Tak ada ruang tuk ku gerak. Tersudut. Terhimpit. Terjepit. Sesak, menggumpal dan terkumpul di dada. Ingin aku teriak. Ingin aku menangis. Tapi aku semakin tersiksa.
         
Teriakan-teriakan tak bernyawa terus menghujamiku. Menusuk relung jiwaku. Melempar raga ini pada setiap kenangan yang tlah lalu. Mempertanyakan tingkahku yang tak bermoral. Meminta pertanggungjawabanku. Menghujat langkah kakiku yang tak sesuai nurani. Menagik janjiku yang dengan mudah ku ucap. Terus dan berlanjut tanpa jeda. Tak heti-hentinya suara bengis itu mengorek, mengupas, menguliti setiap celaku.

          Ingin aku berontak. Ingin aku balik menghujam. Namun aku sadar, aku memang keliru. Menjalani hari tanpa kuinsyafi sama sekali. Menyelami waktu hanya tuk cari suka sesaat. Berlayar tanpa henti bersama nafsu. Arungi samudra yang berujung sengsara. Sungguh nista diriku yang kelam nan fakir ini.

penjara suci

Terkurung dan penuh tata
Sungguh menjemukan
Tak ayal kau sering dijauhi
Tak ingin rasakan pahitmu

Ayat-ayat suci menjadi selimut yang tak luput dari ucapan
Damai pun tercipta meski kabut pekat menghalaumu
Tak ada yang menandingi maniismu di dunia ini
Meski kau tampak teramat pahit

Kebiasaanmu lunturkan kemaksiatan
Ketentramanmu rasuki qolbu
Nuranipun sedingin embun pagi
Tak kan pernah rasakan taman surga tanpa arungimu
Pahit namun manis
Begitulah dirimu
Penjara suci

Mida Asy-syarif

janji sekolah

Cerdas dan sukses
Begitulah iming-imingmu
Terpandang dan disegani
Acapkali tercetus pun terngiang
Begu nyaring terucap
Tergetar hati tuk jalani
Tersert arus kemudahan
Terjerembab palug kepenatan
Uang pun jadi kunci
Kebaikanmu kini berselimut duri
Kepercayaan pu pudar
Sungguh tak terkira
Janji itu luntur sebelum jadi bukti
Korban pun berkeliaran
Mereka yang pernah rasakanmu
Meski rasa yang tak sempurna
Ingin tetap selamimu
Pun dana yang berbicara
Hingga tak lagi mampu tuk teruskan
Menggapai janjimu dan anganku


Mida Asy-syarif

Minggu, 18 September 2011

Hidup

Hidup ini sangat sulit namun harus tetap ku lalui.
Meski ku tahu hidup ini pasti kan menjadi sesuatu yang indan untuk ku.